Rabu, 21 Mei 2014

MAKALAH KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

ASKEB IV (PATOLOGI KEBIDANAN)
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU



 
DISUSUN OLEH : KELOMPOK III
TUNISAH
KADEK ERMAWATI
SARI RAMADANI
TRESYA NILUH MELYANI
MIRNA PUJI ASTUTI
KETUT SUSIANI
ARISKA
POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nayalah penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan berupa makalah ASKEB IV (KEBIDANAN PATOLOGI) tentang Kehamilan Ektopik Terganggu” tanpa ada hambatan dan aral  melintang yang berarti hingga menghambat penyelesaian makalah ini.                     
            Ucapan terimakasih yang setingi-tingginya penulis haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil yang sangat berarti bagi penulis. Sehingga atas kerjasama yang terjalin dapat meringankan beban yang ada.
            Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih terdapat banyak kekurangan bahkan kekeliruan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil makalah yang lebih baik. Karena tidak ada yang layak menyandang kesempurnaan kecuali Allah SWT.
            Harapan penulis, semoga makalah yang disusun dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
                                                                                                 Palu, Maret 2014
                                                                                                         Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL                                                                                                
KATA PENGANTAR                                                                                               i
DAFTAR ISI                                                                                                              ii
BAB I PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang                                                                                                iv
B.        Rumusan Masalah                                                                                           v
C.        Tujuan Penulisan                                                                                             vi
BAB II TINJAUAN TEORI
A.                Definisi                                                                                                           1
B.                 Klasifikasi                                                                                                       1
C.                 Etiologi                                                                                                           2
D.                Kehamilan Tuba                                                                                              3
E.                 Peneriksaan Lab                                                                                              7
F.                  Pemeriksan penunjang                                                                                    8
G.                Penanganan                                                                                                     8
H.                Komplikasi                                                                                                      8
BAB III PENUTUP
A.        Kesimpulan                                                                                                     9
B.        Saran                                                                                                               9
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                            10
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pada kehamilan dalam keadaan normal, kehamilan intauterin, nidasi terjadi pada endometrium korpus uteri. Namun, bila kehamilan dalam keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi diluar endometrium rahim, disebut kehamilan ekstrauterin. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik. Kehamilan pada pars interstisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat dalam rahim, namun jelas sifatnya abnormal dan ektopik. Dalam pembicaraan selanjutnya keduanya dimasukkan kedalan kehamilan ektopik. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
   B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaskud dengan kehamilan ektopik terganggu?
2.      Bagaimanakah tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu?
3.      Bagaimankah penanganan terhadap KET?
       C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaskud dengan KET.
2.      Untuk mrengetahui bagaimanakah tanda dan gejala KET.
3.      Untuk mrengetahui baimanakah penanganan terhadap KET.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Definisi
Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinflantasi diluar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET), adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan membahayakan wanita tersebut. . (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
Kehamilan heretropik, adalah kehamilan intrauterine yang terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan kehamilan ektopik. Sedangkan kehamilan ektopik kombinasi, adalah kehamilan intrauterin yang terjadi pada waktu bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin. Dan kehamilan ektopik rangkap, adalah kehamilan intrauterin dengan kehamilan ekkstrauterin yang lebih dulu terjadi, tapi janin sudah mati dan menjadi litopendion. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
B.    Klasifikasi  
Menurut tinus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan adalah sebagai berikut:
1. kehamilan tuba, dibagi atas :
a)      Interstisial (2 %)
b)      Istmus (25 %)
c)      Ampulla (55%)
d)     Fimbriae (17 %)
2. kehamilan ovarial (0,5%)
3. kehamilan abdominal (0,1%) dibagi atas :
a)      Primer
b)      Sekunder
4. kehamilan tubo-ovarial
5. kehamilan intraligamenter
6. kehamilan servikal dan
7. kehamilan kornu rudimenter (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
C.      Etiologi
Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat meneyababkan kerusakan tuba dan disfungsi tuba. Riwayat ooperasi tuba sebelumnya apakah, apakah untuk mempebaiki potensi tuba ataupun utnuk sterislisasi, meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat salpingitis merupakan risiko yang umum ditemukan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2011 : 203)
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak, atau belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik.
1)      Faktor uterus
Berdasarkan etiologinya, diketahui bahwa  faktor uterus dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor uterus penyebab kehamilan ektopik adalah :
1.      Tumor yang menekan tuba, dan
2.      Hipoplassitis (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 101)
2)      Faktor tuba
Beberapa penyebab kehamilan ektopik, disebabkan oleh faktor tuba sebagai berikut :
1.      Penyempitan lumen tuba karena infeksi endosalping
2.      Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
3.      Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
4.      Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
5.      Endometriosis tuba
6.      Striktur tuba
7.      Divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya
8.      Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
9.      Tumor lain menekan tuba, dan
10.  Lumen kembar dan sempit. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 101)
3)      Faktor ovum
Faktor ovum yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik adalah :
1.      Migrasi eksternal dari ovum
2.      Perlekatan membrane granulosa
3.      Rapid cell devision dan
4.      Migrasi internal ovum
D.       Kehamilan tuba
Dinding tuba merupakan lapisan luar. Sedangkan kapsularis merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat normal bagi kehamilan, maka sebagian besar kehamilan tuba kan tergantung pada umur 6-10 minggu kehamilan. Nasib dari hasil konsepsi biasanya mati dan kemudian direbsorpsi, yaitu: terjadi abortus tuba (65%), mengalami keguguran, hasil konsepsi terlepas dari dinding tuba, kemudian terjadi perdarahan yang bias sedikit atau banyak. Hasil konsepsi dan perdarahan bias keluar menuju kavum uteri, dan dikeluarkan pervaginam. Hasil konsepsi juga dapat dikelularkan ke arah kavum abdominal sehingga bertumpuk dibelakang rahim. Hal ini disebut hematoma retrouterina atau disebut juga masa pelvis (pelvikmass) terjadi rupture tuba (35%). Bila robekan kecil, hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba. Dari robekan akan terjadi perdarahan yang banyak. Bila robekan besar, maka hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut. Nasib hasil konsepsi ini bias berupa hal-hal sebagai berikut :
1.      Mati dan bersama darah berkumpul di retrouterina
2.      Litopedion
Bila janin agak besar dan mati, akan menjadi litopedion dalam rongga perut.
3.      Janin keluar dari tuba
Janin yang keluar daru tuba diselubungi kantong amnion dan plasenta yang utuh. Janin kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut dan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Plasenta akan melebar mencari kebutuhan makanan janin pada usus, ligamentum latum, dan organ-organ disekitarnya. Selanjutnya janin dapat tumbuh terus, bahkan sampai atterm. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 102)
4.      Kehamilan intramuralis
Kehamilan intramuralis disebebkan karena dinding rahim agak tebal, sehingga dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan atau lebih, kadang kala sampai atterm. Kalu pecah, dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
5.      Kehamilan isthmus
Kehamilan isthmus karena dinding tuba lebih tipis, biasanya pada kehamilan dua sampai tiga bulan sudah pecah.
6.      Kehamilan ampula dan fimbriae
Pada kehamilan ampula dan fimbriae dapat terjadi abortus atau rupture pada kehamilan 1-2 bula. Nasib hasil konsepsi sama seperti pada kehamilan isthsmus.
7.      Perubahan pada uterus
Hormone-hormon kehamilan akan memberikan reaksi pada uterus seperti pada kehamilan biasa. Maka tetap ditemui uterus yang bertambah besar dari biasa serta melunak, suplai darah yang bertambah, dan terbentuknya desidua. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 103)
      Bila hasil konsepsi dalam tuba mati, maka desidua mengalami degenerasi, terkelupas dan berdarah kemudian keluar pervagina yang disebut desidua cast dan biasanya dilakukan kuretase.
      Diagnosis dan gejala klinik anamnesis adalah :
a.       Terjadi amenoroe, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari bahkan beberapa bulan haid tidak teratur.
b.      Nyeri abdomen dan sakit tiba-tiba seperti diiris disertai muntah
c.       Keluar darah pervagina
d.      Defance muscular perut rasa mengeras
e.       Muntah, gelisah, pucat.
f.       Nadi kecil dan halus serta cepat
g.      Pada pemeriksaan dalam, jika digerakkan nyeri pada serviks dan portio.
h.      Douglas crise adalah rasa nyeri hebat pada kavum doglasi
i.        Kavum doglasi teraba menonjol karena adanya kumpulan darah
j.        Adanya pelepasan desidua post cost, dan
k.      Pada perkusi abdomen : Shifting dullness adalah adanya perdarahan intra abdominal. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 103)
Diagnosis untuk ket diantaranya :
1.      Amoneroe
2.      Nyeri perut bagian bawah
3.      Pada pemeriksaan dalam : nyeri goyang portio, kavum douglasi menonjol. (Budiansyah, tengku, 2013 : 413)
Kesukaran dlam membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, penderita segera di rawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan adlah ultrasonografi, laparaskopi, dam kuldoskopi. Diagnosis KET pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran. Tetapi pada jenis menahun bias sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka setiap perempuan dalam masa reproduksi dengan kelluhan nyeri perut bagian bawah atau gangguan haid, kemungkinan ektopik gharus dipikirkan. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam dapat terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.  (Prawirohardjo, sarwono, 2008 : 480)
Gejala klinis yang terjadi meliputi :
1.      Akibat hilangnya peredaran darah dari peredaran darah umum, akibat kurangnya darah yang beredar, dan rendahnya darah menuju otak.
2.      Timbunan darah da;am rongga perut, menimbilkan gejala : perut tampak makiin besar, rasa sakit mendadak, pada pemeriksaan dalam terasa nyeri pada saat merapa mulut rahim. (Ayu, ida Chandranita Manuaba, dkk. 2009 : 215)
E.      Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilkaukan adalah :
1.      Pemeriksaan HB menunjukkan adanya penurunan, dan
2.      Adanya leukositosis
f.       Pemeriksaan tambahan
Kuldosintesis untuk mengetahui apakah ada perdarahan pada kavum douglasi. Jika ditemukan butiran darah warna kecoklatan berarti positif dibrinasi yang menunjukkan adanya hematoma retrouterina. Namun jika ditemukan darah segar berarti negative sebab dara berasal dari arteri dan vena.
F.   Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah
1.      Pasien tersangka KET sebaiknya dirawat
2.      Jika datang dalam keadaan syok perbaiki keadaan umum dengan memberikan infus NaCl dan dextrose
3.      Jika tersangka KET dirujuk ke dokter obgin untuk dilaparatomi
4.      Sisa darah dikeluarkan dan
5.      Beri antibiotic dan anti inflamasi. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 104)
Setelah diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan laparatomi. Anak dikeluarkan dan tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta dibuarkan berada dlam rongga perutkarena untuk mencegah perdarahan. Bila selamat, biasanya uri akan direbsorpsi kembali selama beberapa bulan. (Mochtar, Rustam. 1998 : 236)
H.    Komplikasi
1.      Pada pengobatan konservatif, yaitu jika rupture telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang. Ini merupakan indikasi operasi.
2.      Infeksi
3.      Sub illeus karena masa pelvis.
4.      Sterilitas. (Mochtar, Rustam. 1998 : 234)

BAB III
PENUTUP
A..    Kesimpulan
Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinflantasi diluar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET), adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan membahayakan wanita tersebut. . (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat meneyababkan kerusakan tuba dan disfungsi tuba. Riwayat ooperasi tuba sebelumnya apakah, apakah untuk mempebaiki potensi tuba ataupun utnuk sterislisasi, meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat salpingitis merupakan risiko yang umum ditemukan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2011 : 203)
B.     Saran
Setelah diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan laparatomi. Anak dikeluarkan dan tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta dibuarkan berada dlam rongga perutkarena untuk mencegah perdarahan. Bila selamat, biasanya uri akan direbsorpsi kembali selama beberapa bulan. (Mochtar, Rustam. 1998 : 236). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiansyah, Tengku, (2013). Ask The Master UKDI. Tangerang Selatan. BINAPURA AKSARA Pubhliser.
Ayu, Ida Chandranita Manuaba, dkk. (2009). Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta. EGC
Prawirohaedjo, sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Prawirohaedjo, sarwono. (2011). Ilmu Kandungan Edisi ketiga. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Pranoto, Ibnu, (2013). Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Mochtar, Rustam. (1998). Sunopsis Obstetri. Jakarta : EGC