ASKEB IV (PATOLOGI KEBIDANAN)
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DISUSUN OLEH
: KELOMPOK III
TUNISAH
KADEK ERMAWATI
SARI RAMADANI
TRESYA NILUH MELYANI
MIRNA PUJI ASTUTI
KETUT SUSIANI
ARISKA
POLTEKKES
KEMENKES PALU
JURUSAN
KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkah,
rahmat, dan hidayah-Nayalah penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
berupa makalah ASKEB IV (KEBIDANAN PATOLOGI) tentang “Kehamilan Ektopik Terganggu” tanpa ada hambatan dan aral melintang yang berarti hingga menghambat
penyelesaian makalah ini.
Ucapan
terimakasih yang setingi-tingginya penulis haturkan kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil yang sangat berarti
bagi penulis. Sehingga atas kerjasama yang terjalin dapat meringankan beban
yang ada.
Penulis
menyadari bahwa makalah yang disusun masih terdapat banyak kekurangan bahkan
kekeliruan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya hasil makalah yang lebih baik. Karena tidak ada yang
layak menyandang kesempurnaan kecuali Allah SWT.
Harapan
penulis, semoga makalah yang disusun dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi
pembaca.
Palu,
Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang iv
B. Rumusan Masalah v
C. Tujuan Penulisan vi
BAB
II TINJAUAN TEORI
A.
Definisi 1
B.
Klasifikasi 1
C.
Etiologi 2
D.
Kehamilan Tuba 3
E.
Peneriksaan Lab 7
F.
Pemeriksan penunjang 8
G.
Penanganan 8
H.
Komplikasi 8
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR
PUSTAKA 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada kehamilan dalam keadaan normal,
kehamilan intauterin, nidasi terjadi pada endometrium korpus uteri. Namun, bila
kehamilan dalam keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi diluar
endometrium rahim, disebut kehamilan ekstrauterin. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 :
100)
Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan
ektopik. Kehamilan pada pars interstisial tuba dan kehamilan pada kanalis
servikalis masih terdapat dalam rahim, namun jelas sifatnya abnormal dan
ektopik. Dalam pembicaraan selanjutnya keduanya dimasukkan kedalan kehamilan
ektopik. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaskud dengan kehamilan ektopik terganggu?
2.
Bagaimanakah
tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu?
3.
Bagaimankah
penanganan terhadap KET?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaskud dengan KET.
2.
Untuk
mrengetahui bagaimanakah tanda dan gejala KET.
3.
Untuk
mrengetahui baimanakah penanganan terhadap KET.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berinflantasi diluar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET),
adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan
membahayakan wanita tersebut. . (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
Kehamilan heretropik, adalah kehamilan intrauterine yang
terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan kehamilan ektopik. Sedangkan
kehamilan ektopik kombinasi, adalah kehamilan intrauterin yang terjadi pada
waktu bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin. Dan kehamilan ektopik rangkap,
adalah kehamilan intrauterin dengan kehamilan ekkstrauterin yang lebih dulu
terjadi, tapi janin sudah mati dan menjadi litopendion. (Pranoto, Ibnu, dkk
2013 : 100)
B.
Klasifikasi
Menurut
tinus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan adalah sebagai
berikut:
1.
kehamilan tuba, dibagi atas :
a) Interstisial (2 %)
b) Istmus (25 %)
c) Ampulla (55%)
d) Fimbriae (17 %)
2.
kehamilan ovarial (0,5%)
3.
kehamilan abdominal (0,1%) dibagi atas :
a) Primer
b) Sekunder
4. kehamilan tubo-ovarial
5. kehamilan intraligamenter
6. kehamilan servikal dan
7. kehamilan kornu rudimenter
(Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
C.
Etiologi
Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat
meneyababkan kerusakan tuba dan disfungsi tuba. Riwayat ooperasi tuba
sebelumnya apakah, apakah untuk mempebaiki potensi tuba ataupun utnuk
sterislisasi, meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat
salpingitis merupakan risiko yang umum ditemukan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2011
: 203)
Penyebab
kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak, atau belum
diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik.
1) Faktor uterus
Berdasarkan
etiologinya, diketahui bahwa faktor
uterus dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor uterus penyebab kehamilan
ektopik adalah :
1. Tumor yang menekan tuba, dan
2. Hipoplassitis (Pranoto, Ibnu, dkk
2013 : 101)
2) Faktor tuba
Beberapa
penyebab kehamilan ektopik, disebabkan oleh faktor tuba sebagai berikut :
1. Penyempitan lumen tuba karena
infeksi endosalping
2. Tuba sempit, panjang dan
berlekuk-lekuk
3. Gangguan fungsi rambut getar (silia)
tuba
4. Operasi dan sterilisasi tuba yang
tidak sempurna
5. Endometriosis tuba
6. Striktur tuba
7. Divertikel tuba dan kelainan
congenital lainnya
8. Perlekatan peritubal dan lekukan
tuba
9. Tumor lain menekan tuba, dan
10. Lumen kembar dan sempit. (Pranoto,
Ibnu, dkk 2013 : 101)
3) Faktor ovum
Faktor
ovum yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik adalah :
1. Migrasi eksternal dari ovum
2. Perlekatan membrane granulosa
3. Rapid cell devision dan
4. Migrasi internal ovum
D.
Kehamilan tuba
Dinding tuba merupakan lapisan luar. Sedangkan kapsularis
merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan
merupakan tempat normal bagi kehamilan, maka sebagian besar kehamilan tuba kan
tergantung pada umur 6-10 minggu kehamilan. Nasib dari hasil konsepsi biasanya
mati dan kemudian direbsorpsi, yaitu: terjadi abortus tuba (65%), mengalami
keguguran, hasil konsepsi terlepas dari dinding tuba, kemudian terjadi
perdarahan yang bias sedikit atau banyak. Hasil konsepsi dan perdarahan bias
keluar menuju kavum uteri, dan dikeluarkan pervaginam. Hasil konsepsi juga
dapat dikelularkan ke arah kavum abdominal sehingga bertumpuk dibelakang rahim.
Hal ini disebut hematoma retrouterina atau disebut juga masa pelvis
(pelvikmass) terjadi rupture tuba (35%). Bila robekan kecil, hasil konsepsi
tetap tinggal dalam tuba. Dari robekan akan terjadi perdarahan yang banyak.
Bila robekan besar, maka hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut.
Nasib hasil konsepsi ini bias berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Mati dan bersama darah berkumpul di
retrouterina
2. Litopedion
Bila janin
agak besar dan mati, akan menjadi litopedion dalam rongga perut.
3. Janin keluar dari tuba
Janin yang
keluar daru tuba diselubungi kantong amnion dan plasenta yang utuh. Janin
kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut dan terjadi kehamilan abdominal
sekunder. Plasenta akan melebar mencari kebutuhan makanan janin pada usus,
ligamentum latum, dan organ-organ disekitarnya. Selanjutnya janin dapat tumbuh
terus, bahkan sampai atterm. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 102)
4. Kehamilan intramuralis
Kehamilan
intramuralis disebebkan karena dinding rahim agak tebal, sehingga dapat menahan
kehamilan sampai 4 bulan atau lebih, kadang kala sampai atterm. Kalu pecah,
dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga
perut.
5. Kehamilan isthmus
Kehamilan
isthmus karena dinding tuba lebih tipis, biasanya pada kehamilan dua sampai
tiga bulan sudah pecah.
6. Kehamilan ampula dan fimbriae
Pada
kehamilan ampula dan fimbriae dapat terjadi abortus atau rupture pada kehamilan
1-2 bula. Nasib hasil konsepsi sama seperti pada kehamilan isthsmus.
7. Perubahan pada uterus
Hormone-hormon
kehamilan akan memberikan reaksi pada uterus seperti pada kehamilan biasa. Maka
tetap ditemui uterus yang bertambah besar dari biasa serta melunak, suplai
darah yang bertambah, dan terbentuknya desidua. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 103)
Bila
hasil konsepsi dalam tuba mati, maka desidua mengalami degenerasi, terkelupas
dan berdarah kemudian keluar pervagina yang disebut desidua cast dan biasanya
dilakukan kuretase.
Diagnosis
dan gejala klinik anamnesis adalah :
a.
Terjadi amenoroe, yaitu haid
terlambat mulai beberapa hari bahkan beberapa bulan haid tidak teratur.
b. Nyeri abdomen dan sakit tiba-tiba
seperti diiris disertai muntah
c.
Keluar darah pervagina
d. Defance muscular perut rasa mengeras
e.
Muntah, gelisah, pucat.
f.
Nadi kecil dan halus serta cepat
g. Pada pemeriksaan dalam, jika digerakkan
nyeri pada serviks dan portio.
h. Douglas crise adalah rasa nyeri
hebat pada kavum doglasi
i.
Kavum doglasi teraba menonjol karena
adanya kumpulan darah
j.
Adanya pelepasan desidua post cost,
dan
k. Pada perkusi abdomen : Shifting
dullness adalah adanya perdarahan intra abdominal. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 :
103)
Diagnosis untuk ket diantaranya :
1. Amoneroe
2. Nyeri perut bagian bawah
3. Pada pemeriksaan dalam : nyeri
goyang portio, kavum douglasi menonjol. (Budiansyah, tengku, 2013 : 413)
Kesukaran
dlam membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik demikian besarnya,
sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba
sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum
terganggu, penderita segera di rawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang
dapat digunakan adlah ultrasonografi, laparaskopi, dam kuldoskopi. Diagnosis
KET pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran. Tetapi pada jenis
menahun bias sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka setiap perempuan
dalam masa reproduksi dengan kelluhan nyeri perut bagian bawah atau gangguan
haid, kemungkinan ektopik gharus dipikirkan. Haid biasanya terlambat untuk
beberapa waktu, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat
dinyatakan. Perdarahan pervaginam dapat terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah. (Prawirohardjo, sarwono, 2008 :
480)
Gejala
klinis yang terjadi meliputi :
1. Akibat hilangnya peredaran darah
dari peredaran darah umum, akibat kurangnya darah yang beredar, dan rendahnya
darah menuju otak.
2. Timbunan darah da;am rongga perut,
menimbilkan gejala : perut tampak makiin besar, rasa sakit mendadak, pada
pemeriksaan dalam terasa nyeri pada saat merapa mulut rahim. (Ayu, ida
Chandranita Manuaba, dkk. 2009 : 215)
E.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilkaukan adalah :
1. Pemeriksaan HB menunjukkan adanya
penurunan, dan
2. Adanya leukositosis
f.
Pemeriksaan tambahan
Kuldosintesis untuk mengetahui apakah ada perdarahan pada
kavum douglasi. Jika ditemukan butiran darah warna kecoklatan berarti positif
dibrinasi yang menunjukkan adanya hematoma retrouterina. Namun jika ditemukan
darah segar berarti negative sebab dara berasal dari arteri dan vena.
F.
Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah
1. Pasien tersangka KET sebaiknya
dirawat
2. Jika datang dalam keadaan syok
perbaiki keadaan umum dengan memberikan infus NaCl dan dextrose
3. Jika tersangka KET dirujuk ke dokter
obgin untuk dilaparatomi
4. Sisa darah dikeluarkan dan
5. Beri antibiotic dan anti inflamasi.
(Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 104)
Setelah
diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan laparatomi. Anak dikeluarkan dan
tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta dibuarkan berada dlam rongga
perutkarena untuk mencegah perdarahan. Bila selamat, biasanya uri akan
direbsorpsi kembali selama beberapa bulan. (Mochtar, Rustam. 1998 : 236)
H.
Komplikasi
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu
jika rupture telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang. Ini
merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi
3. Sub illeus karena masa pelvis.
4. Sterilitas. (Mochtar, Rustam. 1998 :
234)
BAB III
PENUTUP
A..
Kesimpulan
Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berinflantasi diluar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET),
adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan
membahayakan wanita tersebut. . (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat
meneyababkan kerusakan tuba dan disfungsi tuba. Riwayat ooperasi tuba
sebelumnya apakah, apakah untuk mempebaiki potensi tuba ataupun utnuk
sterislisasi, meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat
salpingitis merupakan risiko yang umum ditemukan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2011
: 203)
B.
Saran
Setelah diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan
laparatomi. Anak dikeluarkan dan tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta
dibuarkan berada dlam rongga perutkarena untuk mencegah perdarahan. Bila
selamat, biasanya uri akan direbsorpsi kembali selama beberapa bulan. (Mochtar,
Rustam. 1998 : 236). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
berat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiansyah,
Tengku, (2013). Ask The Master UKDI. Tangerang
Selatan. BINAPURA AKSARA Pubhliser.
Ayu, Ida
Chandranita Manuaba, dkk. (2009). Kesehatan
reproduksi Wanita. Jakarta. EGC
Prawirohaedjo,
sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta
: PT. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Prawirohaedjo,
sarwono. (2011). Ilmu Kandungan Edisi
ketiga. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Pranoto,
Ibnu, (2013). Patologi Kebidanan. Yogyakarta
: Fitramaya.
Mochtar,
Rustam. (1998). Sunopsis Obstetri. Jakarta
: EGC